KITAB PERTAMA HADIS SHAHIH AL BUKHARI
TENTANG
PERMULAAN TURUNNYA WAHYU
KEPADA
RASULULLAH SAW.
Bab 1:
Bagaimana mula-mula wahyu diturunkan kepada Rasulullah saw.
عَنْ عُمَرَ بْنِ اَلْخَطَابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (اِنَّمَا اَلْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَاِنَّمَا
لِكُلِّ أمْرِيْ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ مِجْرَتُهُ اِلَى دُنْيَايُصِيْبُهَا،
أَوْ اِلَى أمْرَأَةِيَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ اِلَى مَاهَاجَرَاِلَيْهِ)
(رواه البخاري : 1)
1.
Diriwayatkan dari Umar bin al Khatab r.a, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “sesungguhnya
amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapat
balasan sesuai dengan niat untuk kepentingan duniawi atau untuk mencari
perempuan yang akan dikawininya, maka balasan hijrahnya sesuai dengan niatnya”.
[Hadis ini
diriwayatkan oleh al Bukhari, nomor hadis: 1].
عَنْ عَا ئِشَةُ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا : أَنَّ اْلحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلُ اللهِ ، كَيْفَ يَأْ
تِيْكَ الْوَ حْيُ"؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: (أَحْيَانًا يَأتِنِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَ هُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ،
فَيَفْصِمُ عَنِّيْ وَقَدْوَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَا نًا يَتَمَثَّلُ لِيَ
الْمُلْكُ رَجُلًا، فَيُكَلَّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُوْلُ). قَا لَتْ عَا ئِشَةُ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا : وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ
الشَّدِيْدِالْبَرْدِ، فَيَفْصِمُ عَنْهَ وَاِنَّ جَبِيْنَهُ لَيَتَفَصَّدُعَرَقًا.
(روياه البخاري : 2)
1.
Diriwayatkan
dari Aisyah ra bahwa al Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Ya Rasulullah! Bagaimana sampainya wahyu kepada Anda?” Rasulullah SAW menjawab,
“Kadang-kadang wahyu titurunkan kepadaku seperti bunyi lonceng dan inilah yang
aku rasakan paling berat, kemudian bunyi lonceng tersebut menghilang setelah
aku menghapal wahyu yang diturunkan itu. Kadang-kadang malaikat (Jibril)
mendatangaiku dengan wujud seorang laki-laki, lalu dia menyampaikan wahyu
kepadaku, kemudian aku menghapal apa yang disampaikannya”. Kata Aisyah ra: “Saya
pernah melihat Rasulullah SAW ketika ketika beliau sedang menerima wahyu pada
hari yang sangat dingin, keringat beliau bertetesan dari dahi beliau seusai
menerima wahyu.”
[Hadist
ini diriwayatkan oleh al Bukhari, nomor hadis: 2].
1.
Diriwayatkan
dari Aisyah, Ummul mukminin ra, dia berkata: Awal mula wahyu diturunkan kepda
Rasulullah saw berupa mimpi yang benar. Seterang cahaya pagi, kemudian beliau
senang berkhalawat. Beliau berkhalawat di gua Hira’ untuk beribadah selama
beberapa malam sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Rasulullah saw
membawa perbekalan makanan untuk berkhalawat, lalu beliau pulang menemui
Khadijah untuk mengambil perbekalan lagi, sehingga ketika berada di dalam gua
hira’, beliau tiba-tiba mendapat wahyu. Beliau didatangi malaikat yang
mengatakan “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa mebaca”. Dia
memelukku lagi (kedua kalinya) dengan keras sehingga napasku terasa sesak,
kemudian dia melepaskanku, lalu dia katakan lagi “Bacalah!” Aku
menjawab, “Aku tidak bisa membaca” Dia memelukku lagi (ketiga kalinya) dengan
keras sehingga napasku terasa sesak, lalu dia melepaskanku, kemudian dia
membacakan “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah!
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”, (al Quran, surah al ‘Alaq: 1-3).
Kemudian
Rasulullah saw pulang membawa wahyu dengan hati yang penuh ketakutan. Beliau
menemui Khadijah binti Khuwaylid ra. Kata beliau, “Selimutilah aku! Selimutilah
aku!” Maka keluarga nabi saw menyelimuti beliau sehingga rasa takut beliau
hilang. Beliau ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang telah beliau alami.
Kata beliau, “Aku takut terjadi sesuatu pada diriku”. Khadijah menjawab, “Demi
Allah, tidak akan terjadi apa-apa, Allah tidak akan membuatmu hina, karena
engkau selalu menyambung sanak kerabat, menolong fakir miskin, menghormati tamu
dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah”.
Khadijah
mengajak Nabi saw pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza,
sepupu Khadijah. Waraqah adalah orang yang beragama Nasrani pada masa Jahiliyah
dan pernah menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani sebanyak yang dikehendaki
oleh Allah. Ketika itu Waraqah sudah tua dan buta. Kata Khadijah, “Hai
sepupuku! dengarlah kata sepupumu (Muhammad) ini!” Waraqah bertanya kepada Nabi
saw, “Hai sepupuku! Apa yang kau alami?” Rasulullah saw menuturkan kepada
Waraqah apa yang telah beliau alami, lalu Wawaqah mengatakan kepada beliaum,
“Dia itu an Namus (Jibril) yang juga telah di utus oleh Allah kepada Nabi Musa
as. Betapa seandainya aku masih muda dan masih hidup ketika nanti kaum
mengusirmu!” Rasulullah saw bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah
menjawab, “Ya. Tidak ada laki-laki yang menyampaikan wahyu seperti yang kau
bawa ini melainkan akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup ketika kau diusir
ciscaya aku akan membelamu dengan segenap kemampuanku”. Tidak lama kemudian
Waraqah wafat dan wahyu pun tidak turun dalam beberapa waktu.
[Hadist ini diriwayatkan oleh al Bukhari, nomor hadis: 3].
4.
Please wait…
Bisa anda Download dalam format Doc/x
Bisa anda Download dalam format Doc/x