Apakah ada yang mmenentang teori ini multiverse?

 


Ya, tentu saja ada banyak ilmuwan yang menentang atau setidaknya skeptis terhadap teori multiverse, khususnya Interpretasi Banyak Dunia (Many-Worlds Interpretation - MWI) dari mekanika kuantum. Penolakan ini muncul karena beberapa alasan utama:

1. Masalah Pembuktian Empiris (Falsifiability)


Ini adalah kritik paling fundamental. Dalam sains, sebuah teori harus dapat dibuktikan salah (falsifiable). Artinya, harus ada kemungkinan untuk melakukan eksperimen atau pengamatan yang, jika hasilnya berbeda dari prediksi teori, bisa membuktikan teori itu keliru.

Bagi para kritikus MWI, masalahnya adalah jika setiap hasil yang mungkin terjadi di alam semesta yang berbeda, maka kita hanya bisa mengamati satu hasil di alam semesta kita. Kita tidak punya cara untuk "melihat" atau berinteraksi dengan alam semesta paralel lainnya. Ini membuat MWI sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk diuji secara empiris. Jika tidak bisa diuji, sebagian ilmuwan berpendapat bahwa ini lebih mirip filosofi daripada teori ilmiah yang valid.

2. Biaya Ontologis yang Besar (Ontological Cost)


MWI mengasumsikan keberadaan alam semesta dalam jumlah tak terbatas untuk setiap peristiwa kuantum yang terjadi. Ini berarti ada triliunan, bahkan tak terhingga, salinan diri kita dan alam semesta yang terus-menerus membelah setiap detiknya. Bagi banyak ilmuwan, ini adalah biaya ontologis yang terlalu besar (too much "baggage" for the theory). Mereka berpendapat bahwa ini melanggar prinsip Pisau Occam (Occam's Razor), yang menyatakan bahwa penjelasan paling sederhana dengan asumsi paling sedikit cenderung menjadi yang terbaik. Mengapa harus mengandaikan begitu banyak alam semesta jika kita hanya mengamati satu?

3. Masalah Probabilitas (Probability Problem)


Dalam mekanika kuantum tradisional (seperti Interpretasi Kopenhagen), probabilitas hasil pengukuran diberikan oleh aturan Born. Misalnya, ada kemungkinan 50% spin elektron "ke atas" dan 50% "ke bawah". Namun, dalam MWI, kedua hasil ini selalu terjadi, hanya di cabang alam semesta yang berbeda. Jika semua hasil terjadi, bagaimana kita bisa berbicara tentang probabilitas 50%? Ini menjadi masalah interpretasi yang kompleks dan masih diperdebatkan di antara para pendukung MWI. Kritikus berpendapat bahwa MWI tidak memberikan penjelasan yang memuaskan tentang mengapa kita mengalami probabilitas ini.

4. Kurangnya Basis yang Disukai (Preferred Basis Problem)


MWI menyatakan bahwa alam semesta terus membelah berdasarkan hasil pengukuran kuantum. Namun, teori ini tidak secara jelas menentukan "basis yang disukai" untuk pembelahan ini. Mengapa alam semesta membelah dalam cara tertentu (misalnya, berdasarkan spin elektron), dan bukan berdasarkan properti lain yang mungkin? Ini menjadi pertanyaan mendalam tentang bagaimana "cabang-cabang" alam semesta ini terbentuk.

Alternatif yang Bersaing


Para penentang MWI sering kali lebih memilih interpretasi lain dari mekanika kuantum yang tidak mengandaikan adanya multiverse, seperti:

  • Interpretasi Kopenhagen: Ini adalah interpretasi "ortodoks" yang paling banyak diajarkan, yang menyatakan bahwa fungsi gelombang "runtuh" (collapses) menjadi satu hasil definitif saat diukur.
  • Teori Penurunan Spontan (Spontaneous Collapse Theories): Teori ini mengusulkan bahwa keruntuhan fungsi gelombang adalah proses fisik nyata yang terjadi secara spontan, bukan hanya karena pengamatan.
  • Interpretasi Bohmian (Bohmian Mechanics/Pilot-Wave Theory): Ini adalah teori variabel tersembunyi yang bersifat deterministik, di mana partikel memiliki posisi yang jelas dan dipandu oleh gelombang pilot.

Meskipun MWI memiliki banyak pendukung setia, terutama di kalangan fisikawan teoretis yang tertarik pada kesederhanaan matematika dan determinismenya, kritik terhadapnya sangat kuat. Perdebatan tentang interpretasi mekanika kuantum dan keberadaan multiverse masih menjadi salah satu topik paling aktif dan menantang dalam fisika modern.


Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH KHAT RAIHANI

PENGERTIAN KHAT (KALIGRAFI ARAB)

SEJARAH KHAT RIQ'AH